AMANAHSULTRA.COM:KENDARI- Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Universitas Halu Oleo (UHO), mengembangkan produk olahan Kaopi. Kaopi merupakan ampas dari pemerasan ubi kayu, yang dikembangkan untuk diversifikasi (penganekaragaman) pangan.
Pemilihan produksi Kaopi ini dilihat dari keberadaannya yang melimpah serta potensinya sebagai pengganti atau alternatif pangan untuk konsumsi makanan sehari-hari.
Program pengembangan Kaopi yang diinisiasi para mahasiswa ini dilaksanakan sejak Kamis 18 Juli hingha 16 Agustus mendatang. Program ini dilaksanakan dalam bimbingan Prof Sri Wahyuni, Dosen Pembimbing KKN PPM tersebut.
Sementara itu, sekretaris KKN PPM ITP UHO, Sendry Putriyana menguraikan beberapa tahap yang dilakukan untuk mendukung produksi olahan Kaopi. Mulai dari pemilihan bahan hingga proses pengolahan.

“Kami membuat organisasi bagi para pengrajin Kaopi dulu, kemudian untuk Kaopi yang sudah jadi dijual dalam bentuk produk kasuami iris yang telah divakumkan dalam kondisi tertutup agar tetap awet. Kaopi sendiri diolah jadi tepung sehingga dibuatkan produk untuk dapat menjadi pengganti tepung terigu seperti yang dijual secara komersial,” ungkapnya.
Ia menambahkan, program yang dilaksanakan kali ini spesifik menyasar wilayah jurusan di ITP UHO dan untuk masyarakat luas. Hingga kini, terhitung ada 4 produk yang sukses dibuat sebagai testimoni dan foto promosi yakni nuffin, cake, cookies dan kasuami iris.
Sendry mengatakan pihaknya hingga kini belum melakukan pra order. Sementara harga penjualan masih diusulkan.
“Sementara ini belum dilakukan pra order, harganya juga masih diusulkan. Pengemasannya berkisar 25 pieces tiap dos,” urainya.
Demi menjamin kemananan produk, pihaknya bersama pengrajin Kaopi juga menerapkan keamanan pangan melalui Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), Good Manufacturing Practice (GMP) dan Standard Sanitation Operational Procedure (SSOP). Standarisasi keamanan produk ini diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar produk Kaopi sendiri.
“Saya harap KKN dapat berjalan lancar, dimana pengrajin bisa membuat Kaopi dengan dasar keamanan pangan melihat semua masyarakat sudah paham tentang pentingnya keamanan pangan. Selain itu dengan mendiversivikasi produk ini maka perekonomian masyarakat juga bisa meningkat,” ungkapnya.

Sementara itu, Cendrik selaku koordinator mengatakan, salah satu olahan Kaopi yang berhasil diproduksi yakni kue Muffin dengan beberapa jenis rasa: Muffin almond, Muffin rasa Coklat, Muffin rasa Keju, Muffin cochochips.
Soal standarisasi keamanan produk, Cendrik menjamin bahwa Kaopi ini tidak hanya menjadi bahan alternatif pangan namun juga menjadi bahan fungsional atau makanan pokok dengan sumber gizi yang cukup.
“Untuk menjaga keamanan kita memperhatikan SSOP nya. Produksinya digunakan aren agar bisa dicicipi oleh semua kalangan, baik anak-anak maupun orang tua yang memiliki masalah terkait dengan konsumsi gula,” terangnya.
Hal senada juga ditegaskan oleh Prof Sri Wahyuni selaku pembimbing. Dirinya menjamin bahwa pengembangan produk olahan Kaopi ini searah dengan tujuan dari kegiatan produksi ini. Dimana program ini telah di acc dan didanai Kementerian riset, teknologi dan pendidikan tinggi (Kemenristek dikti) berdasarkan proposal KKN PPM yang diajukan secara kompetitif se-Indonesia.
“Tujuan awal dari proposal ini adalah untuk kembali melestarikan makanan lokal, membentuk himpunan untuk pengrajin Kaopi, membuat akses pasar lebih luas melalui media digital, membuka akses untuk para peminat, meningkatkan mutu,”ungkapnya.
Dengan program ini, Peran mahasiswa sebagai agent of change untuk dapat berperan dalam pemberdayaan masyarakat yakni melalui KKN PPM, diharapkan dapat terealisasi.
Sri Wahyuni sendiri mengaku telah mencoba mempromosikan produk yang dibuat di berbagai media sosial, dimana produk disesuaikan dengan kebutuhan karbohidrat tiap orang yakni 200-250 kandungan karbohidrat.
“Sosialisasi telah dilakukan seperti membagi informasi di sosial media seperti Facebook, WhatsApp, Instagram dan lainnya, dan kami menginovasi setiap produk sesuai kebutuhan karbohidrat,”pungkasnya.
Penulis: Wildayati
Editor: Ernilam