AMAHSULTRA.ID : JAKARTA – Aktivitas semrawut perusahaan tambang di Kabupten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali diramaikan dengan gelombang protes.
Kali ini, Konsorsium Pemuda Mahasiswa Sulawesi Tenggara-Jakarta mengguncang kantor pusat PT Timah Tbk dengan aksi unjuk rasa yang bergemuruh, menuntut anak perusahaan, PT Timah Investasi Mineral (TIM), segera angkat kaki dari Desa Baliara, Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Dengan suara lantang, mereka mengecam dugaan pencemaran lingkungan yang telah merampas mata pencaharian warga pesisir.
Di tengah terik matahari, koordinator lapangan, Muhammad Rahim, menggelegar dalam orasinya. Ia menuding PT Timah Investasi Mineral sebagai biang kerok kerusakan ekosistem laut yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Baliara.
“Sebelum pertambangan ini masuk, laut adalah sumber kehidupan kami. Kini, air laut tercemar, ikan menghilang, dan nelayan kehilangan harapan,” ujar Rahim dengan nada penuh kemarahan.
Rahim menegaskan bahwa aksi yang mereka lakukan bukan sekadar isu lingkungan, melainkan perjuangan untuk keadilan dan kelangsungan hidup warga.
Rahim mengutip dasar hukum yang menjadi amunisi tuntutan mereka, yakni Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang tegas melarang pencemaran lingkungan, serta Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang mewajibkan perusahaan menjaga kelestarian lingkungan.
“Kami desak aparat hukum dan pemerintah bertindak tegas. PT Timah Investasi Mineral harus bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan! “tegasnya.
Aksi ini, kata Rahim, baru permulaan. Pekan depan, mereka berjanji kembali menggoyang PT Timah Tbk, sekaligus mendatangi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian ESDM untuk menuntut pencabutan izin lingkungan dan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) perusahaan tersebut.
“Kami tidak akan diam. Solidaritas kami untuk Baliara adalah bara yang tak akan padam, “tandasnya,
Dengan spanduk dan yel-yel, para pemuda dan mahasiswa ini menegaskan tekad mereka. Suara mereka adalah gema perlawanan masyarakat Baliara, yang kini berjuang merebut kembali laut dan kehidupan yang direnggut pertambangan.
“Hingga keadilan ditegakkan, kami akan terus berteriak,” pungkas Rahim, menutup aksi dengan semangat membara.
Sementara itu terkait ulah PT TIM yang diduga merusak ekosistem laut di Desa Baliara, Kabaena Barat, media ini masih berupaya untuk mencari kontak managemen perusahaan ihwal klarifikasi.
Penulis : Redaksi