AMANAHSULTRA.COM: KENDARI-Dayanu Ikhsanuddin (16), siswa Madrasah Aliyah negeri Insan Cendekia (MAN IC) Kendari, berbagi kiat mengukir prestasi, baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik. Peraih medali perunggu di ajang olimpiade sains nasional yang diselenggarakan di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, 2 Juli 2019 lalu ini, menilai bahwa kemauan belajar pada akhirnya akan bermuara pada pencapaian prestasi yang gemilang. Bercermin dari perjuangannya, Dayanu menilai bahwa tak ada prestasi yang mudah diraih begitu saja tanpa kemauan, usaha dan doa.
Kepada Amanahsultra.com, siswa asal Wakatobi ini membagikan kiat mendorong kemauan belajar yang searah dengan pengalamannya saat menempa diri menuju ajang bergengsi Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2019.
“Tentunya harus ada kemauan, belajar mencintai apa yang kita mulai agar bagaimanapun tantangannya kita akan pantang menyerah, belajar yang fokus, kurangi hal-hal tidak bermanfaat agar dapat memforsir waktu itu sendiri untuk memperbanyak latihan soal dan jangan lupa prioritaskan ibadah,”urai Dayanu.
Dayanu menguraikan, meski harus bersaing dengan siswa kompetitor dari 33 provinsi se-Nusantara, dirinya mampu menjadi satu-satunya peserta didik dari Sulawesi Tenggara yang berhasil menorehkan prestasi medali perunggu.
Karena kemauan keras, diiringi usaha dan doa, siswa Ilmu Alam (IPA) yang masih duduk di bangku kelas XI ini, tak hanya membuktikan bahwa dirinya mampu bersaing menumbangkan puluhan peserta lainnya dari berbagai daerah di Indonesia, namun juga sekaligus mengharumkan nama sekolah yang dikenal dengan kurikulum pendidikan agama terbaik itu. Tak hanya itu saja, dengan torehan prestasinya, tak salah jika Dayanu dianggap sebagai salah satu putra terbaik daerah Sultra.
“Alhamdulillah sekolah saya beberapa kali memenangkan perlombaan sampai di tingkat nasional, diantaranya ada karya tulis ilmiah, robot, seperti tahun kemarin juga sekolah kami dapat penghargaan medali perunggu diajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) untuk mata pelajaran matematika dan biologi,” tutur siswa berkulit sawo matang ini.
Dayanu kembali menjelaskan, kurikulum dalam MAN IC sebenarnya sama saja seperti sekolah lain pada umumnya, hanya saja di sekolahnya memakai sistem mondok (asrama). Khusus untuk pelajaran Agama Islam (PAI) sendiri, mata pelajaran yang ada yakni akidah, fiqih, quran hadits dan sejarah peradaban Islam.
Keberhasilan menyabet medali perunggu, lagi-lagi menurut Dayanu, tidak lepas dari kerja keras, doa dan dukungan orang-orang terdekat, khususnya kepada Titin Kaimudin selaku guru pembimbingnya.
“Rasanya aku sangat miskin ilmu diantara teman-temanku tapi karena aku sadar itu, makanya aku mau belajar dan berusaha semaksimal mungkin. Terima kasihku sebesar-besarnya kepada kawan-kawan, para guru, khususnya guru pembimbing saya, ibu Titin Kaimudin,” ungkapnya.
“Suatu hal yang baik akan diterima baik jika itu disampaikan dengan orang-orang yang diperhitungkan dan aku mau jadi salah satu dari orang yang diperhitungkan itu. Prestasi adalah bonus, yang terbaik adalah berniat melakukan hal-hal yang baik dan terus menebar kebaikan,” pungkasnya.
Laporan: Wildayati
Editor: Ernilam