AMANAHSULTRA.COM : BUTENG – Wa Kaabe, warga Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), sungguh memprihatinkan. Ia dipasung oleh keluarganya hampir setahun lamanya, karena mengalami gangguan jiwa berat.
Didalam sebuah gubuk kecil, Wa Kaabe hanya terbaring kaku tanpa mengenakan baju. Kedua kakinya dipasung oleh dua balok besar dengan dua lubang dan ia kini diasingkan seorang diri.
Dimana, gubuk tempat Wa Kaabe diasingkan itu hanya berdindingkan jelajah, seng dan papan. Dan pada bagian depannya tidak memiliki pintu. Sementara sebagian lantainya telah bolong.
Wa Anda, Kakak Wa Kaabe, mengatakan, adik perempuannya itu mulai mengalami gangguan kejiwaan sekitar 20 tahun lalu. Pihak keluarga telah berusaha mengobati penyakit yang dideritanya (Wa Kaabe) hingga keluar Buteng, namun belum mendapatkan hasil yang diinginkan.
“Hampir semua cara kita sudah lakukan demi kesehatan adik kami ini. Sampai keluar daerah juga kita bawa tapi belum ada hasil yang memuaskan,” ungkap Wa Anda dengan bercucuran air mata, Sabtu (29/02/2020).
Wa Anda bilang, Wa Kaabe terpaksa dipasung oleh pihak keluarga sebab jika dibiarkan bebas adik bungsunya tersebut sering berbuat onar. Bahkan kerap mengancam jiwa orang lain.
“Sejak ayah kami masih hidup sampai beliau meninggal dunia, adik kami ini (Wa Kaabe) masih dalam keadaan seperti ini,” katanya sambil menyeka air matanya yang jatuh membasahi pipinya.
Sementara itu, Wa Nggani yang merupakan Ibu Wa Kaabe menuturkan, Wa Kaabe merupakan anak terakhir dari sepuluh orang bersaudara. Sementara suaminya telah wafat sekitar sepuluh tahun lalu.
“Saya ini sudah tua. Tidak punya pekerjaan. Hanya berharap kiriman dan pemberian anak-anak saya. Makan seadanya. Begitu juga Wa Kaabe yang makan apa adanya,” ucapnya.
Wa Nggani menyebut selama hampir 20 tahun anaknya “menderita”, sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah setempat. Bahkan anak bungsunya tersebut belum menerima kartu BPJS Kesehatan.
“Kami berharap semoga pemerintah bisa membantu untuk proses kesehatan anak kami agar bisa sehat seperti anak yang lain kasian,” harapnya
Sementara itu, Programer Kesehatan Jiwa Puskesmas Gu, Sitti Nur Hasanah menjelaskan dari tiga penderita gangguan jiwa berat yang dipasung, dua diantaranya belum mendapatkan kartu BPJS Kesehatan.
“Satu penderita gangguan jiwa berat yang kami tangani di Desa Walando itu sudah mendapatkan kartu BPJS Kesehatan,” ungkap wanita berhijab ini.
Laporan : Aryani fitriana