AMANAHSULTRA.COM : JAKARTA – Persteruan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) tidak berdampak secara signifikan pada perekonomian di Indonesia.
Hal ini dikatakan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, Jum’at (10/1/2020).
“Kami tidak melihat dampak dari apa yang terjadi. Peningkatan (Konflik Iran dan AS) ini, kami sebut ini bagian dari risiko geopolitik global, “ujarnya
Selain itu, konflik tersebut juga tidak mempengaruhi nilai tukar rupiah. Menurut Perry, hal itu dapat dibuktikan dari nilai kurs mata uang garuda yang terus menguat, dan bergerak sesuai fundamental.
“Terbukti dari apa? Premi risiko dalam bentuk CDS (Credit Default Swap) itu yang juga terus menurun, “tuturnya
Olehnya itu kata Perry, BI juga akan terus memantau berbagai perkembangan global secara berkelanjutan. Ia menjelaskan bahwa, perkembangan hubungan dagang antara AS dan China membuat pertumbuhan perekonomian global berjalan ke arah positif.
“Dan alhamdulillah perkembangan yang sudah positif adalah hubungan dagang antara AS dan China yang dalam waktu dekat akan ada penandatanganan kesepakatan, “ujarnya
Selanjutnya berdasarkan paparan Perry. Penandatanganan kesepakatan antara AS dan China yang rencananya diadakan pada 15 Januari, diharapkan dapat membawa dampak yang positif bagi perekonomian global secara menyeluruh.
Bahkan Perry menuturkan bahwa, ekonomi dunia akan mengalami peningkatan menjadi sekitar 3 persen sampai 3,1 persen. Angka tersebut meningkat dari perkiraan tahun lalu yang hanya sebesar 2,9 persen.
“Di risiko global, kami tidak melihat dampak secara signifikan terhadap kondisi makroekonomi (Indonesia), maupun juga terhadap stabilitas eksternal, dan juga terhadap nilai tukar rupiah, “tutupnya
Laporan : Ifal Chandra