AMANAHSULTRA.ID : JAKARTA – Balapan Internasional Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) 2021 di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat batal digelar, akibat kurangnya tenaga marshal.
Dikutip dari media Kutipanrakyat.com, Ajang IATC merupakan ajang balap kelas pemula bagi para rider profesional yang menjadi penjajakan mereka sebelum akhirnya bisa lanjut ke kelas bergengsi seperti Moto3, Moto2, hingga MotoGP.
Sejatinya, Sirkuit Mandalika, Lombok selaku tuan rumah bakal menggelar Idemitsu Asia Talent Cup pertama di Indonesia pada Minggu, 14 November 2021 lalu.
Namun, Dorna selaku organisasi penyelenggara balapan mendadak melakukan pembatalan balapan. Padahal, saat itu para rider telah memasuki grid dan bersiap memulai balapan.
Kabar pembatalan dari balap IATC ini sudah disampaikan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah.
Awalnya, pria yang akrab disapa ‘Bang Zul’ ini merasa optimis dengan akan digelarnya balapan IATCdi Sirkuit Mandalika.
“Hari ini banyak yang antusias ingin menyaksikan race IATC tetapi nggak jadi karena marshal (lintasan) kita belum dirasakan siap untuk memenuhi standar safety dari Dorna.”
“Ada yang terlambat menjawab panggilan, ada terlambat angkat bendera, dll,” tuturnya menjelaskan.
Ini bisa jadi catatan yang buruk bagi Sirkuit Mandalika jelang debut balap kelas bergengsi.
Untuk diketahui, pada Minggu, 24 Oktober 2021 di Sirkuit sepanjang 4,31 kilometer ini akan digelar ajang World Superbike (WSBK) 2021.
“Walau kecewa krn nggak jadi lihat race nya perlu juga dilihat sisi positif atau ambil hikmahnya sehingga ketika penyelenggaraan WSBK minggu depan dan penyelenggaraan MotoGP kita sdh benar2 siap,” tambah Zulkieflimansyah.
Menurutnya, menjadi marshal atau orang yang bertanggung jawab mengawali jalannya balapan dan mempersiapkan seandainya terjadi insiden atau tabrakan merupakan hal yang sederhana.
“Tapi kalau salah bisa fatal akibatnya. Masih ada waktu seminggu lagi untuk memperbaiki yang kurang-kurang. Setiap langkah awal pasti ada kesalahan-kesalahan. Karena kadang dengan kesalahan kita dipaksa untuk belajar,” tutup Zulkieflimansyah.
Penulis: Ani