AMANAHSULTRA.COM : KENDARI – Berwisata merupakan hak dasar manusia untuk bisa menikmati keindahan alam sesuai dengan peminatan dan kemampuan masing-masing.
Mungkin ada yang minat dengan keindahan alam, seperti pantai, gunung, dan sebagainya. Ada juga yang memiliki peminatan di bidang wisata sejarah, budaya, seni, kuliner dan lainhlain.
Secara umum berwisata juga sering diidentikan dengan pengeluaran uang hanya untuk bersenang-senang, padahal tidak semua bentuk wisata seperti itu.
Hal ini dikatakan oleh Ketua Umum Gerakan Pecinta Pariwisata (Genppari), Dede Farhan Aulawi, Senin (10/2/2020).
Menurut Dede, berwisata itu di samping bersifat rekreatif, juga bisa dimodifikasi menjadi bersifat edukatif dan produktif.
“Dalam hal ini tentu sudah banyak sekali terobosan yang dilakukan oleh organisasi, salah satu bentuk yang terbaru adalah lahirnya konsep Penggerak Ketahanan Pangan Nasional (PAKET PANAS) yang bernama G-Ponik, “ungkap Dede dalam dialog bersama Ketua Umum Pegiat Ragam Wisata Nusantara (PRAWITA).
Selain itu kata Dede, konsep G-ponik pada dasarnya memadukan 3 karakter wisata dalam satu paket, yaitu rekreatif, edukatif dan produktif. Disebut rekreatif karena didalamnya ada unsur kesenangan yang sesuai dengan peminatan dalam bidang agro, khususnya pertanian beras dan perikanan.
“Kemudian bersifat edukatif karena di dalamnya banyak unsur pendidikan dan pengetahuan dalam tata kelola pertanian dan perikanan yang efisien. Ikan tentu memerlukan makanan dan zat lainnya untuk menghasilkan tenaga, mengganti sel-sel yang rusak, membangun tubuh, dan mendukung perkembangbiakannya. Zat yang dibutuhkan ikan di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air, “paparnya
Sementara dikatakan produktif, karena konsep G-Ponik dalam Paket Panas-nya GENPPARI adalah memanfaatkan dan mengolah setiap senti lahan tidur dan nganggur, diolah menjadi lahan produktif yang bernilai ekonomis.
Dia menambahkan, di era persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, terobosan dan kejelian dalam melihat setiap peluang sangat penting. Sebab semua orang akan diasah keterampilan dan nalar berfikirnya agar memiliki ketajaman instink untuk menguak tabir problematika pangan di masa depan.
“Kisah pilu beratnya masa depan kebutuhan pangan, tidak bisa diselesaikan hanya dengan meratapi nasib dan mengalirkan air mata belas kasih. Beratnya masa depan harus difikirkan dengan desain holistik dalam merangkai Sistem Arsitektur Pangan Nasional sebagaimana digagas oleh GENPPARI dengan konsep G-ponik nya, “pungkasnya
Laporan : Ocha