AMANAHSULTRABOMBANA – Kualitas Pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih saja memperhatinkan. Bahkan sering kita jumpai di beberapa daerah terdapat sekolah-sekolah yang bangunan fisiknya masih serba keterbatasan. Parahnya lagi para murid masih banyak yang tidak memperoleh pasokan buku yang memadai dalam menunjang kegiatan belajarnya.
Seperti halnya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 145 Watu-Watu yang terletak di Dusub lll Watu-Watu, Kecamatan Lantari Jaya, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Jarak Sekolah dengan Ibu Kota Bombana
Sekolah ini terletak di Kampung Adat Hukaea Laea yang merupakan salah satu perkampungan yang jauh dari ibu Kota Bombana. Untuk mencapai kampung ini masyarakat harus menempuh jarak sekitar 50 kilometer dari ibukota Bombana.
Akses Jalan Yang Susah di Lalui Kendaraan
Kendala untuk memasuki kampung adat ini yakni kondisi jalannya yang masih setapak. Dimana bila musim hujan tiba jalan di wilayah itu sering berlumpur. Akibatnya tak jarang pula para pengendara yang hendak memasuki perkampungan tersebut terpaksa harus mendorong kendaraannya agar tidak terjebak lumpur.
Kemudian dari jalan poros Konawe Selatan (Konsel) menuju ibu kota Bombana. Kampung adat ini berada di perbatasan Konsel-Bombana di jalan Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PPA). Dari jalan tersebut, untuk masuk Perkampungan Watu-watu masyarakat harus menempuh perjalanan sekitar 9 kilometer dari poros jalan.
Kilas Balik Sejarah Berdirinya Sekolah ini
Sekolah ini berdiri pada tahun 2000 an, kala itu masih berstatus sebagai Selokah Swasta dengan nama SDS Hukaea Laea. Siswa-siswi yang ada di pedalaman ini diajar oleh dua guru yang tidak mengharapkan imbalan apapun. Kedua guru ini adalah kakak beradik yang saat ini masih aktif mengajar di sekolah tersebut sebagai guru honorer. Keduanya yakni Bapak Tamrin (48) dan adiknya Ibu Juhania (39).
Saat itu, bila tiba Ujian Nasional (UN), kedua guru kakak beradik ini membawa keluar para siswa untuk mengikuti UN di salah satu SD yang Negeri di Kecamatan Lantari Jaya.
Status Sekolah di Masa Kepemimpinan Bupati Bombana Saat itu
Pada saat kepemimpinan H Tafdil sebagai Bupati Bombana saat itu, sekolah ini menjadi Negeri pada tahun 2010. Dari swatsa hingga Negeri tidak pernah ada perubahan dari tampilan sekolah. Artinya tidak ada pembangunan sama sekali. Dan sangat memprihatinkan sekolah ini masih berdindingkan Papan serta berlantaikan tanah.
“Kadang guru-guru yang mengajar merasa terganggu apabila ada angin datang, itu debunya naik semua ke atas, karena memang lantainya masih tanah belum disemen,” ungkap Kepala Sekolah SDN 145 Watu-Watu, Marinus kepada AmanahSultra.com, Selasa (30/7/2019).
Bantuan Yang Telah Diterima Dari Pemerintah
Selain itu Marinur menjelaskan, jumlah kesuluruhan anak didiknya dari kelas satu sampai dengan kelas enam berjumlah sekitar 83 orang. Selama dirinya menjabat dari tahun 2015 sekolah ini hanya menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan jumlah Rp11 juta pertiga bulan. Dana tersebut di gunakan untuk membayar gaji para guru honorer dan kegiatan pembelajaran.
“Dana yang ada hanya dana BOS dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pusat. Dana bos itu pertiga bulan Rp11 juta, jadi untuk pertahunnya itu Rp40 juta. Dana ini di khususkan untuk gaji para guru honorer. Kemudian sisanya di gunakan untuk membeli buku pelajaran, “jelasnya.
Lanjutnya, “Yang dapat KIP itu kalau kelas 6 senilai Rp225 ribu, sedangkan dari kelas 1 sampai kelas 5 itu Rp450 ribu. Yang memiliki KIP itu ada sekitar 40 orang, tapi sekali keluar tidak pernah cukup 10 orang hanya lima sampai tujuh orang saja. Dan itu berganti-gantian orangnya, “tambah Marinus.
Jumlah Guru Beserta Upahnya
Marinus menambahkan, untuk jumlah guru honorernya ada empat orang dan dibantu guru PNS tiga orang, termasuk Kepala sekolahnya.
“Guru honorer ini kalo mau diikuti standar yang sebenarnya itu tidak mencukupi. Apalagi hanya itu yang mereka harap, maka dari itu saya gaji mereka Rp1,5 juta per-orangnya pertiga bulan, “bebernya.
Harapan Pihak Sekolah Terhadap Pemerintah
Olehnya itu Marinus berharap agar pihak Pemerintah bisa lebih memperhatikan kesejahteraan para guru serta fasilitas penunjang dalam proses belajar mengajar khusunya di SDN 145 Watu-watu Bombana.
” Harapannya supaya pemerintah bisa perhatikan kita disini, apalagi fasilitas di sekolah ini masih sangat ketinggalan jauh dengan sekolah-sekolah pada umumnya, “turur Marinus.
Tanggapan Orang Tua Murid Terhadap Sekolah Ini
Sementara Enda (35) selaku orang tua murid di sekolah itu mengaku bahwa, bantuan KIP itu hanya sebahagian saja yang dapat. Kadang yang tidak memiliki kartu KIP itu di beri bantuan sedangkan yang memiliki kartu KIP justru tidak mendapatkan bantuan.
“Anak saya hanya pernah data satu kali saja itu bantuan KIP dari pemerintah, Hanya pas kelas 6 saja dia dapat Rp 200 ribu. Begitu pun adinya juga hanya satu kali waktu kelas 3, samapi sekarang tidak adami,” keluh salah seorang warga di perkampungan itu.
Bahkan Enda mengungkapkan bahwa seharunya Kepala Sekolah tidak menyimpan buku rekening untuk penerima bantuan KIP itu. Karna kenyataannya dia (Kepala Sekolah red) yang menyimpan buku rekening tersebut.
“Ada buku rekeningn dan ATM nya itu para siswa, tetapi pak kepala sekolah yang simpan. Nanti pencairan dia kasi pegang itu kartu KIP dan Buku rekening baru dia foto kemudian dia keluar cairkan sendiri. Alasannya dia pegang itu ATM nanti katanya kami hilangkan, “jelasnya.
Harapan Orang Tua Terhadap Sekolah Ini
” Selaku orang tua murid tentunya kami mengharapkan agar pemerintah memperhatikan kondisi murid disini, terlebih lagi kami hanya sebagai seorang Petani yang penghasilannya sedikit. Intinya Pemerintah juga bisa ikut serta membangun sekolah ini agar bisa dikatakan sebagai sekolah yang layak pakai, “harap Enda.
Laporan : Arya/Ifal Chandra