AMANAHSULTRA.COM : KONAWE – Salah satu perusahaan tambang asal Tiongkok, lagi-lagi menjadi sorotan warga. PT.Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang berlokasi di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) ini, rupanya banyak memberikan dampak negatif bagi pemukiman warga yang berdekatan langsung dengan perusahan itu.
Usut punya usut, proyek pembangunan jalan haulling milik perusahaan pengembangan, pengelolaan dan pemurnian nikel (Pabrik Smelter) PT.VDNI berakibat pada tercemarnya beberapa tambak milik warga.
Kabarnya,jalan haulling ini melintasi kawasan tambak warga di beberapa desa di Kecamatan Morosi. Dimana, PT VDNI sendiri masuk dan mulai membangun aktivitasnya sejak tahun 2014 lalu.
Tak terkecuali tambak Ikan Bandeng, Udang dan Kepiting milik Sulaiman. Akibat proyek jalan tersebut,kondisi air tambaknya kini berubah warna. Bahkan akibat pelebaran jalan Haulling itu, mengakibatkan pada penyempitan di kali besar.
” Air tambak saya sudah kotor, berubah warna sekarang. Saya tidak berani lagi untuk menurunkan bibit udang takut hasilnya sedikit,” ungkapnya, Selasa (7/5/2019)
Padahal sebelum perusahaan ini masuk, Sulaiman bisa menghasilkan panenya hingga 1 ton per petak tambak, dan jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan dipasar lokal.
” Namun saat ini kondisinya tidak seperti dulu lagi. Bahkan, saat ini diperkirakan hasil panen saya hanya mencapai 800 Kg per tambak dalam sekali panen di tahun terkahir ini, “ucap Sulaiman
Lebih lanjut Sulaiman mengatakan bahwa jika usaha pembudidayaan tambak miliknya mengalami kegagalan secara terus menerus. Sehingga dengan terpaksa tambaknya bakal dijual ke pihak perusahaan dengan ketentuan harga cocok.
” Kalau harga cocok dan saya tidak dirugikan mungkin akan saya jual saja, karena diolah juga hasilnya menurun,”ujarnya
Ditempat yang sama hal serupa juga ikut disuarakan salah seorang penambak, Zulkarnaim. Dijelaskannya bahwa sebelumnya hasil panen ikan miliknya dipasok hingga ke Negara Singapura. Namun, akibat aktivitas pembangunan jalan oleh pihak PT VDNI tak jarang dia pun mengalami kerugian besar akibat penurunan produksi sejak masuknya perusahaan Tiongkok ini.
Bahkan demi mempertahankan aset kepemilikan tanahnya, dia pun kini beralih usaha. Dimana tambak-tambak miliknya terpaksa ditimbun dan dibangun rumah Kost.
” Saya bangun rumah kost, lalu saya sewakan ke para pekerja PT VDNI, “tuturnya
Menanggapi hal itu, Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan PT VDNI, Wahyudi Agus Kristianto mengungkapkan, status jalan yang dikeluhkan petani tambak tersebut merupakan jalan hauling perusahaan.
“Statusnya jalan hauling yang membawa material dari jetty ke perusahaan dan sebaliknya,” bebernya
Bahkan menurut Wahyudi,perusahaan ini sudah memenuhi standar serta pihaknya juga rutin melakukan penyiraman dan menyiapkan kantong lumpur. Olehnya itu dirinya merasa keberatan jika menurunnya hasil panen tambak warga disebabkan dari debu jalan perusahaan. Sebab, menurutnya, perlu ada penelitian dari pihak akademisi untuk menguji kepastian mengapa hasil tambak warga menurun.
Selain itu,terkait usulan ganti rugi tambak warga, kata Wahyudi, pihak perusahaan tidak pernah menutup diri. Dirinya mengimbau kepada warga untuk menyurat terkait apa yang menjadi keluhan mereka, yang nantinya akan dibahas bersama sembari mencari jalan keluarnya agar bisa saling menguntungkan.
” Sebenarnya kalau masalah pembelian tanah atau tambak itu bisa saja dilakukan, asal sesuai dengan regulasi dan NGOP tanah. Misalnya, haragnya Rp5000 per meter, lalu mintanya Rp500.000 itu tidak mungkin, “kata Wahyudi
Laporan : Ifal Chandra