AMANAHSULTRA.COM : KONAWE – Kondisi jalan infrastruktur di Desa Andadowi, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), rupanya dimanfaatkan sebagian oknum pejabat serta warga diwilayah itu untuk meraih keuntungan.
Bagaimana tidak, jalan dengan kondisi terisolir akibat banjir dan jembatan terputus, membuat para pengendara yang hendak melintasi wilayah tersebut terpaksa menggunakan rakit yang dibuat oleh warga di Desa itu.
Usut punya usut, harga sewa yang dibebankan kepada para pengendara roda empat (Mobil Mini Bus) sangat menguras kantong. Bahkan dalam sekali menyebrang sopir pengendara mobil pun harus mengeluarkan budget dengan jumlah fantastis senilai Rp200 hingga Rp300 ribu.
Kondisi itu juga dirasakan oleh Ardi, salah satu pengendara Tim relawan peduli korban banjir yang hendak membawa bantuan logistik ke Kabupaten Konawe Utara (Konut).
“Ini mi juga susahnya, biar kasian kita mau bawa bantuan harus lagi membayar. Kita juga mengerti karena kalau lewat di jalan ini kita tidak bisa tembus harus pake rakit, tapi harganya juga berlebihan sekali, akhirnya kita juga ikut menderita, “ungkapnya kepada AmanahSultra.com, Kamis (13/6/2019).
Bahkan untuk melewati jalan itu kata Ardi dirinya pun harus merogoh Kocek senilai Rp300 ribu dalam sekali menyebrang.
“Pokoknya kalau khusus kendaraan saya ini pulang pergi habis Rp600 ribu, kali mi berapa mobil yang naik rakit sehari, apalagi kalau begini kondisinya dalam sebulan berapa mi penghasilannya mereka, bisa naik haji semua ini yang punya rakit, “kesalnya
Keluhan itu juga datang dari Mahadi, salah seorang pengemudi kendaraan roda empat yang hendak menuju Kendari usai mengunjungi keluargannya yang ikut jadi korban Banjir di Kecamatan Andowia, Konut.
“Saya dari jenguk keluarga yang terkena banjir di Andowia, saya kira sudah mulai turun air disini makanya kita pulang dulu karena saya punya keluarga disana sudah dibawa tadi malam pake Truk ke rumah dikendari, ini kita menyusul juga angkut barang-barangnya. Eh pas sampai teryata masih tinggi airnya, terpakasa naik rakit mobilku, “bebernya
Meski begitu, rupanya Mahadi tak bisa senang dulu. Jasa rakit yang digunakan olehnya membuat isi dompet Pria berusia 45 tahun ini ikut terkuras dengan harga sewa yang dibebankan pemilik rakit.
“Awalnya waktu pergi saya bayar Rp150 ribu, pas pulangnya naik lagi menjadi Rp250. Hancur juga isi dompet kalau begini, “ucapnya
Namun berbeda halnya dengan para pengendara Roda dua (Motor). untuk melintasi banjir dengan menggunakan rakit diwilayah itu, mereka harus membayar Rp15 ribu dalam sekali menyebrang.
” Kalau saya bayar Rp15 ribu satu kali menyebrang, tapi menurut informasi yang parah itu mereka yang pengandara mobil sampai ratusan ribu mereka bayar, “kata Jamal salah seorang warga Lasolo.
Selain itu seperti yang dilansir BritaKita.id, terlihat Kepala Desa (Kades) Andadowi, Andika juga berada dilokasi banjir dengan menggunakan pakaian dinasnya. Namun lain niat Andika, bukanya menegur para pemilik rakit yang membebankan harga sewa tinggi kepada para pengendara, justru diapun (Andika) malah membiarkannya.
” Bayar saja seiklasnya,”seru Andika kepada para pengendara yang hendak melintasi wilayah itu.
Hal itu juga dikuatkan oleh salah seorang Warga Desa Andadowi yang enggan disebutkan identitasnya. Bahkan Dia pun ikut mengeluh dengan kelakuan Kadesnya. Dimana kata pria sebut saja X ini menuturkan bahwa seharusnya Kades memilik peran untuk memberikan pengertian kepada pemilik jasa rakit agar tidak mematok tarif yang tinggi.
” Nyatami Itu Pak Desa dia mendukung karena ada rakitnya disitu yang ikut beroprasi,”katanya
Untuk diketahui, hingga berita ini dinaikan informasi yang berhasil di himpun AmanahSultra.com, banjir tersebut masih menggenangi akses jalan di Desa tersebut.
Laporan : Ifal Chandra