AMANAHSULTRA.COM : KONAWE – Dua oknum wartawan yang mengaku dari media cetak di Konawe memeras sejumlah Kepala Sekolah (Kepsek) di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra). Keduanya yakni diketahui bernama Nursalim SH dan Akbar Said.
Dugaan penipuan dengan membawa profesi wartawan ini terungkap setelah Kepala Sekolah Dasar menanyakan identitas diri kedua wartwan yang mengaku dari media cetak ini ke Kepala bidang (Kabid) Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Tira Liambo.
Selanjutnya, Tira Liambo melaporkan hal ini pada beberapa wartwan yang memang tiap harinya mangkal di Pemda Konawe hingga Polres Konawe.
“Setahu saya itu tidak ada wartwan yang langsung turun mengintrfensi seorang Kepsek dengan mencari kesalahan pada pembangunan gedung yang sementara di rehap. Makanya saya hubungi teman-teman media untuk mencari tahu siapa oknum wartwan ini. Apalagi dengan memeras sejumlah Kepala Sekolah, “jelasnya.

Sementara itu, Kepsek SD Negeri 1 Argamulya, Kecamatan Meluhu, Haslinda, mengaku bahwa awalnya sekolahnya kedatangan dua orang yang diketahui bernama Nursalim SH dan Akbar Said.
Keduanya bermaksud melakukan investigasi atas proses pengerjaan renovasi gedung di sekolahnya. Bahkan Nursalim dan Akbar mengaku wartawan dari salah satu media cetak, sembari menunjukkan kartu pengenal.
Setelah melihat proses renovasi, kedua orang tersebut lalu mendokumentasikan kegiatan pekerjaan menggunakan hendphone milik mereka. Usai melihat proses renovasi, keduanya lalu menghampiri Kepsek dan menjelaskan hasil amatan mereka yang menemukan adanya pemasangan rangka bangunan yang tidak sesuai Rancangan Anggaran Belanja (RAB).
“Pada saat mereka datang, mereka langsung foto-foto. Setelah itu mereka bilang, kalau pekerjaan itu sudah tidak sesuai gambar dan melanggar RAB. Sebab pembesiannya bukan seperti itu, “beber Haslinda sembari menirukan kata-kata oknum wartawan itu, sat ditemui, Jum’at (30/8/2019).
Kemudian setelah itu, Haslinda lalu mengajak kedua orang tersebut ke ruangannya, dalam ruangan itu ia dan kedua oknum yang mengatasnamakan wartawan itu sempat membahas tentang temuan mereka. Karena tidak mengerti dengan ilmu konstruksi, Haslinda lalu meminta saran dari keduanya apa yang harus ia lakukan.
Tak ingin terlalu berlama-lama, Haslinda lalu memberikan uang sebesar Rp200 ribu dengan harapan agar keduanya segerah meninggalkan sekolahnya yang kala itu masih dalam jam belajar mengajar. Namun kedua orang itu menolak dan menyodorkan selembar kwitansi dengan nominal Rp2 juta.
“Mereka tiba-tiba memberikan saya kwitansi untuk pembayaran pemasangan iklan di media cetaknya sebesar Rp2 juta. Tapi saya bilang, saya tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar iklan tersebut. Tetapi mereka masih memaksa saya untuk membayar setegahnya dulu. Kemudian iklan yang mereka tawarkan juga tidak jelas, “ungkapnya.
Haslinda pun terheran dengan tagihan iklan yang diberikan padanya, pasalnya dirinya tidak pernah merasa mengorder iklan ucapan dimedia manapun dengan nominal sebanyak itu. Karena terus didesak oleh kedua oknum yang mengaku wartwan media cetak ini, Haslinda terpaksa berusaha meminjam uang kepada seorang guru. Karna memang saat itu dia tidak membawa uang.
“Saya hanya dapat pinjaman sama teman Rp1.150.000, saya kasi mereka tapi saya bilang kasih kwitansi karena ini bukan uang saya dan jumlahnya juga banyak. Mereka kasi kwitansi ada tertulis sisa Rp850 ribu, katanya mereka mau ke rumah saya saja untuk ambil sisanya, “paparnya
Tak hanya Haslinda. Kepsek SD Negeri 1 Larowiu, Kecamatan Meluhu, Bahmid, juga mengalami hal yang sama. Namun saat disodorkan kwitansi yang ditandatangani oleh Nursalim itu, ia sempat menawar karena tidak cukup uang untuk membayar nominal yang terterah di kwitansinya.
Selain itu kata Bahmid, modus aksi yang dilakukan keduanya, sama persis dengan yang menimpa Haslinda, yaitu dengan terlebih dahulu mengecek proses renovasi gedung sekolah miliknya, dan menjelaskan bahwa proses pengerjaan tidak sesuai RAB.
“Pada saat mereka kasi kwitansi saya tanya, bisa kah yang Rp500 saja itupun saya harus mengutang dulu, mereka bilang harus yang Rp2 juta, dengan dispensasi bayar dua kali. karena saya mulai tertekan, akhirnya saya pinjamkan saja Rp1 juta itu dan saya minta kwitansi baru, “ujar Bahmid
Akibat perbuatan kedua okbum wartawan itu, informasi yang dihimpun AmanahSultra.com, terdapat empat Kepala Sekolah SD yang menjadi korban aksi dua oknum yang mengatasnamakan wartawan. Kasus dugaan pemerasan ini sudah ditangani oleh Kepolisian Sektor (Polsek) Wawotobi untuk penyelidikan lebih lanjut.
Sementara itu, Nursalim saat dihubungi personil Polsek Wawotobi mengaku jika uang tersebut adalah biaya orderan iklan yang baru akan diterbitkan di media tempat ia bekerja. Menurutnya jumlah Rp2 juta itu merupakan kesepakatan antara ia dan pihak sekolah.
“Itu uang iklan yang akan saya terbitkan di media online saya, baru panjar yang mereka kasi, “kata Nursalim melalui sambungan selulernya kepada personil Polsek Wawotobi.
Bahkan Nursalim juga sempat mengaku akan segera mengklarifikasi hal itu ke Polsek Wawotobi, namun hingga saat ini Nursalim dan Akbar Said tak kunjung datang, bahkan informasi terakhir nomor seluler oknum mengatasnamakan wartawan itu sudah tidak aktif lagi.
Laporan : Arya
Editor : Ifal Chandra