AMANAHSULTRA.COM : KONAWE – Terisolirnya akses jalan di Desa Andadowi, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), oleh tingginya intensitas hujan yang menyebabkan putusnya jembatan akibat banjir diwilayah itu, rupanya menuai persoalan yang cukup berat.
Bagaimana tidak, akses jalan di Dua Kecamatan, yakni Kecamatan Sampara dan Morosi rupanya telah mendapatkan kucuran anggaran yang fantastis. Jumlahnya tidak main-main mencapai Rp140 milyar untuk perbaikan jalan sepanjang 17 Kilometer.
Namun begitu, anggaran tersebut tidak semulus sebagaimana peruntukannya. Sebab, akibat hujan yang mengakibatkan banjir dan terisolirnya wilayah itu membuat warga geram. Padahal anggaran tersebut sudah direalisasikan untuk proyeknya.
“Permasalahannya ini mereka pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab batu-batu disni mereka ambil dan dijual, nah ini kesalahan Pemerintah kemarin, kenapa di borong jalannya sudah tiga tahun kita masih saja menderita, padahal anggarannya Rp140 milyar. Ini kontraktornya sudah dipenjara. Nah herannya kita, masa kontraktor biar mobilnya tidak ada, “ungkap salah seorang warga di desa Andadowi, Arlin (43) saat ditemui AmanahSultra.com,Selasa (11/6/2019).
Bahkan kata Arlin, proyek tersebut diketahuinya bersumber dari APBN. Tidak hanya itu, Arlin mengaku bahwa tidak rampungya pekerjaan dengan anggaran ratusan miliar ini diakuinya juga merupakan kesalahan pemerintah.
“Ini para oknum setempat ternyata tikus juga, seandainya tidak ada tikus, mungkin biar banjir begini tidak akan macet seperti ini,”kesal Arlin
Selain itu Arlin juga tak tangung-tanggung membeberkan nama salah seorang kontraktor dan anggota dewan yang merupakan dalang dari mandeknya proyek jalan tersebut.
” Kalau ini kontraktornya namanya pak Ilham dia sama-sama anggota Dewan pak Labamba. Mereka pertama kali yang masuk soal pembebasan lahan disini, tetapi selalu saja janji masyarakat sehingga begini mi juga kondisi infrastruktur disini. Bahkan sudah tiga tahun kerjanya mereka hanya cutting (memotong) jalan ini. Ini mi juga pemerintah kenapa kasih orang begitu banyaknya kontraktornya kita, ada UD.Maju yang kontraktornya besar-besar, “beber Arlin.
Olehnya itu Arlin berharap agar kiranya Pemerintah mampu membuka mata dan melihat langsung kondisi jalan diwilayah itu. Sehingga kedepannya warga tidak was-was ketika banjir menggenangi akses jalan yang mengakibatkan terhambatnya jalur transportasi darat.
Sementara itu dilokasi yang sama Kepala Desa Andadowi, Andi mengatakan, hanyutnya jembatan di wilayah itu telah terjadi selama sepekan akibat meningkatnya luapan Kali Pohara. Sehingga jembatan tersebut hanya bisa dilalui oleh kendaraan tertentu.
“Saya sudah mencoba melakukan koordinasi dengan pihak terkait yakni Dinas Pekerjaan Umum (PU) tapi hingga saat ini belum juga ada tanggapan. Saya dijanji jembatannya diperbaiki sebelum lebaran tapi belum juga ada perbaikan,” keluh Andi.
Meski begitu Andi mengaku bahwa pihaknya telah mendapat bantuan berupa material timbunan yang digunakan untuk menutupi jalan yang lubang di wilayah tersebut. Namun akses utama berupa jembatan untuk penyebrangan tidak mendapat sentuhan sama sekali.
Tak habis masalah,Berdasarkan pantauan AmanahSultra.com dilokasi banjir, terlihat tidak semua kendaraan roda empat mampu melintasi jalan tersebut. hanya mobil-mobil tertentu saja yang bisa langsung melintas tanpa hambatan seperti Hilux, Fortuner dan Truk.
Sehingga salah satu alternatifnya para pengendara jalan lainnya terpaksa menggunakan rakit yang disediakan warga di Desa tersebut akibat banjir dan putusnya jembatan diwilayah itu.
Namun bagi yang menggunakan rakit, para pengendara harus merogoh kocek (mengeluarkan biaya) sebagai pembayaran jasa penyeberangan.
Salah satu pemilik rakit, Arman mematok biaya penyeberangan untuk kendaraan roda dua (motor) sebesar Rp10 ribu. Sementara untuk pengendaranya juga dipatok Rp10 ribu perkepala.
“Saya hanya terima jasa penyebrangan motor dan orang saja. Rata semua Rp.10 Ribu. Kalau orang saja, hanya Rp10 ribu, tapi kalau dengan motornya berarti kena Rp20 ribu,” jelas Arman di lokasi kejadian, Selasa (11/06/2019).
Lain halnya dengn Nanda pemilik rakit. Dikatakannya bahwa untuk menyebrangkan mobil dirinya memasang tarif harga senilai Rp150 ribu untuk semua jenis kendaraan roda empat yang menyebrang menggunakan rakit miliknya.
“Kalau hanya sendiri, kita patok Rp150 ribu. Tapi kalau ada barang bawaan dalam mobilnya, kita patok Rp200 ribu. Tapi kalau barang bawaannya itu kita lihat bisa menyulitkan kami, dengan terpaksa kita tolak,”ujar Nanda.
Alhasil akibat terisolirnya akses jalan di wilayah itu, membuat para pengguna jalan terpaksa harus mengeluarkan budget untuk bisa melewati banjir tersebut.
Beda halnya dengan Gigi, salah satu pengendara roda dua yang hendak menuju Kota Kendari terpaksa harus menggunakan jasa penyeberangan rakit. Dia juga mengaku kaget dengan kondisi jalan yang hendak dilaluinya. Pasalnya untuk sampai tujuan, Gigi tak menyangka harus menyebrang menggunakan rakit tersebut.
“Tiga hari lalu saya lewat disini masih aman-aman saja. Tapi hari ini, mau tidak mau kita harus menyebrang pake pincara ini. Untung saja ada pincara, kalo tidak ada, kita tidak bisa ke Kendari,”imbuhnya.
Gigi berharap agar pemerintah secepatnya sigap dalam mecari solusi untuk menangani kondisi jalan diwilayah tersebut.
“Yah kalau kita sebagai masyarakat pengguna jalan hanya bisa berharap agar pemerintah bisa mencari solusi terhadap kondisi jalan ini, sehingga kita juga pengendara bisa nyaman kalau melintas disini, “harapnya
Laporan : Yusuf/Ocha/Rajap/Aryani (Tim Redaksi)
Editor : Ifal Chandra