AMANAHSULTRA.COM : JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi milik Hongkong yang bernama ICAC mulai beroperasi sekitar 45 tahun yang lalu.
Komisi tersebut telah berhasil mentransformasikan Hongkong menjadi kota yang lebih jujur dan menjadi pusat keuangan internasional.
Dalam buku “A Modern History of Hong Kong (2004)“, Steve Tsang, seorang profesor studi Cina di University of Nottingham, menggambarkan ICAC sebagai salah satu hadiah perpisahan terbaik dari pemerintah kolonial, yang membuat dampak psikologis yang tepat pada khalayak ramai.
Hal tersebut diungkapkan pembina Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia (GNPK-RI), Ir.Dede Farhan Aulawi, ST.,MM, saat dihubungi AmanahSultra.com melalui via selulernya, Kamis (10/10/2019).
Dede mengatakan bahwa ICAC memiliki pengaruh yang besar dan sangat dipercaya oleh publik. Meskipun sebelumnya pernah juga diterpa fitnah, dimana dikabarkan bahwa mantan kepala ICAC Timothy Tong Hin-ming pada 2012 dituduh menyalahgunakan dana publik selama masa jabatannya.
“Termasuk ada juga pengaduan – pengaduan yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh pegawai ICAC, “ungkapnya
Komisioner Kompolnas ini juga menjelaskan bahwa, pada tahun-tahun awal berdirinya ICAC, fokusnya terletak pada korupsi di tubuh kepolisian. Neil Maloney, seorang ekspatriat Inggris yang bergabung dengan kepolisian Hongkong pada tahun 1969 sebelum menjadi penyelidik ICAC pada tahun 1974, mengenang bahwa setiap kantor polisi memiliki ruang khusus untuk seorang “kolektor”, yang tugas satu-satunya adalah membeli draft bank untuk mengirim suap ke akun lokal dan luar negeri.
“Neil Maloney pernah mengatakan bahwa dulu orang-orang yang bergabung di kepolisian dan pemerintahan bisa korupsi, tetapi sekarang Hongkong memiliki anak – anak muda yang bekerja di pemerintahan dalam masyarakat yang bebas korupsi, “ucap Dede
Bahkan selama tahun-tahun awal ICAC, banyak pegawai pemerintah dan petugas polisi membenci komisi tersebut karena merasa kehilangan uang tambahan. Lalu Gubernur Hongkong saat itu membuat keputusan berani yang mengejutkan ICAC, yaitu mengampuni kasus korupsi yang terjadi sebelum tahun 1977 melalui amnesti parsial.
” Setelah amnesti parsial tahun 1977, perhatian ICAC beralih ke perilaku ilegal dalam layanan pemerintahan dan kemudian sektor swasta. Hongkong saat ini menjadi pusat keuangan internasional dan telah menerima investasi lebih dari HK $ 82 miliar, karena adanya kepercayaan publik terhadap cara kerja dan integritas ICAC. Mandat ICAC untuk menemukan dan menyelidiki korupsi di Hongkong telah menjadikan daerah paling bebas korupsi di dunia. Oleh karena itu saat ini, ICAC sering dijadikan rujukan dalam pendidikan anti korupsi, “papar Dede
Laporan : Ifal Chandra