AMANAHSULTRA.COM : JAKARTA – Masih ingatkah kamu dengan Panji Sang Petualang? Sekitar 15 tahun lalu, ia terkenal karena menjadi pembawa acara di Lativi (sekarang TV One). Sejak 2008 hingga 2012 lalu, acara tersebut pindah ke Global TV (sekarang GTV) dan judulnya diganti menjadi Petualang Panji.
Aksi-aksi ekstrimnya menjinakkan hewan buas sontak membuat masyarakat di Indonesia terkagum-kagum. Bahkan tak jarang pula ia sering di undang di beberapa stasiun TV sebagai bintang tamu untuk menjelaskan kepada publik mengenai sifat-sifat hewan buas yang banyak ditakuti oleh manusia.
Tak hanya ular, Panji, juga sering menaklukkan jenis hewan lainnya, seperti buaya dan biawak.
Kali ini Tim media AmanahSultra.com melakukan wawancara eksklusif bersama Panji terkait sifat buaya yang memangsa dua Warga Konawe Utara (Konut) yang belum lama ini viral di jagad bumi anoa Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Menurut Panji, sifat buaya itu cendrung sama seperti hewan lainnya yakni pemalu. Dalam artian cenderung menghindari manusia. Sebab kata Panji buaya tau kalau manusia merupakan ancaman bagi mereka.
Selain itu ia juga memperkirakan bahwa tingkat agresif buaya terhadap manusia bisa semakin membludak, dikarenakan makanan mereka (Buaya) di hutan kian berkirang akibat sering di buru oleh manusia.
“Kalau saya perkirakan itu akibat konflik manusia dengan hewan yang ada di hutan, seperti babi hutan, burung dan hewan lainnya. Nah dengan manusia sering berburu makanan mereka. Sehingga buaya pun bahkan akan memangsa manusia jika terdesak karena kelaparan, “ucap Panji melalui Via Selulernya kepada AmanahSultra.com, Kamis (2/1/2020).
Selain itu menurut Panji, buaya merupakan hewan reptil buas kelas atas yang hidup dialam bebas, dan juga termasuk hewan purba yang masih hidup hingga era jaman sekarang.
“Dia juga masih karegori Jurasik atau masih berwujud hewan purba, tidak seperti hewan-hewan di jaman sekarang, “kata Panji.
Olehnya itu ia mengimbau kepada warga Konut dan masyarakat Sultra pada umumnya agar tidak beraktivitas pada waktu Magrib hingga menjelang subuh. Sebab, kata dia di waktu tersebut merupakan jam aktivitas buaya mencari makan.
“Mereka kalau malam cari makan, kalau siang itu mereka menghabiskan waktu untuk menjemur dan tidak terlalu tertarik mencari makanan, “ujarnya
“Kemudian jika melihat buaya, usahakan segera menjauh jangan didekati dan diusik karena buaya hidup itu koloni tidak hanya satu dan ada jantan dominannya yang menguasasi area itu, “tambah Panji.
Untuk diketahui sebelumnya, pada Desember 2019 kemarin dua warga di Kabupaten Konawe Utara (Konut) menjadi korban keganasan reptil raksasa (Buaya) ini.
Peristiwa pertama terjadi Pada Kamis, (26/12/2019), salah seorang warga Desa Bandeuta, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konut, bernama Rugaya (48), tewas akibat diterkam buaya saat sedang Buang Air Besar (BAB) di Sungai Sabandete Konut.
Jenazah Rogaya berhasil ditemukan pihak Tim Rescue Basarnas Kendari bersama tim gabungan sekitar pukul 17.30 Wita, dengan jarak 2 km dari tempat musibah, tepatnya di Sungai Lalindu.
Mayat korban ditemukan terapung di permukaan sungai dengan kondisi kaki kanan korban putus, serta lengan sebelah kiri koban terdapat luka bekas gigitan.
Tak lama kemudian, peristiwa serupa kembali terjadi pada Jumat (27/12/2019) pagi pukul 09.00 WITA.
Kali ini korbannya bernama Ema (40) warga Desa Puusuli, Kecamatan Andowia, Kabupaten Konut.
Ibu Rumah Tangga (IRT) ini merenggang nyawa usai diterkam buaya saat sedang mencari Pokea (kerang sungai) bersama tiga orang anaknya.
Perlawanan sempat dilakukan oleh Ema, namun sayang kebringasan sang predator itu membuat korban tak berdaya. Buaya pun berhasil menerkam kepala korban hingga tak berkutik.
Hal itu dibenarkan oleh Danramil 1417-08/Asera, Mayor Inf Hilman.
Kata Jilman, korban ditemukan pada pukul 16 20 WITA. Namun parahnya, saat ditemukan kondisi tubuh korban sangat mengenaskan.
“Korban ditemukan dengan kondisi tubuh tidak utuh lagi, sisa bagian otak dan hati yang ditemukan. Korban dimangsa buaya di daratan sebelah utara Sungai Lasolo, “ucap Hilman
Untuk diketahui proses evakuasi terhadap kedua korban ini juga melibatkan beberapa unsur diantarannya Basarnas Kendari, TNI-Polri, serta masyarakat setempat.
Laporan : Ifal Chandra