AMANAHSULTRA.COM : OPINI – Film merupakan salah satu media yang dianggap paling ampuh memberikan informasi pada masyarakat. Karena itu secara tidak langsung, kisah atau cerita dari Film dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Salah satu meracuni generasi muda melalui industri hiburan mulai Film , sinetron, talk
show, reality showb dan lainnya. Seperti halnya dalam Film dua garis biru awalnya telah menuai kontraversi, pasalnya Film ini tidak pantas untuk dikonsumsi khalayak umum.
Adegan yang dipentontonkan pun menggambarkan kehidupan remaja yang begitu bebas akan pergaulan, hingga pada akhirnya telah dirilis di bioskop dan lolos dari Lembaga Sensor Indonesia padahal
sebelumnya telah menuai kontaversi.
Petisi pun dilayangkan oleh Gerakan Profesionalisme Mahasiswa Keguruan
Indonesia(Garagaraguru) di change.org. mereka menilai ada beberp scene di trailer yang menunjukan situasi pacaran remaja yang melampaui batas. Menurut mereka, tontonan tersebut dapat mempengaruhi masyarakat khususnya remaja untuk meniru apa yang dilakukan di Film .
Menurut mereka meski tak melanggar undang-undang, mereka menyebut ada pesan
implisit yang ingin disampaikan lewat”Dua Garis Biru”. Pesan tersebut dikhawtirkan dapat merusak generasi muda Indonesia. “segala tontonan yang menjerumuskan generasi kepada perilaku amoral sudah sepatutnya dilawan bukan tentang Film Dua garis Biru, melainkan Film secara umum), karena kunci pembangunan negara ada pada manusianya.
Mustahil apabila kita ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045, namun generasi muda masih sering disuguhkan tontonan yang menjerumuskan kepda perilaku amoral”, tulis mereka. Rabu, (detikhot.com
1/5/2019).
Kebebasan Yang Nanti Kebablasan
Berbagai peringatan Allah SWT sepertinya tidak menjadikan pembelajaran dan
peringatan yang jelas, akibat kezhaliman manusia itu sendiri. Kerusakan moral dan akhlak sudah sangat miris, bukan malah memberi edukasi justru memberikan tontonan yang merusak terlebih yang dominan menonton film tersebut adalah kebanyakan remaja.
Sepertinya ini telah dilegalkan akibat bebasnya dunia perfilman yang tidak memfilter parahnya menjadi jalan untuk meraup pundi-pundi rupiah.
Ini merupakan bagian dari regulasi yang tidak membatasi industri film saat ini, hal ini
malah mendapat dukungan pemerintah sebagai industri kreatif dalam meraih keuntungan. Industri yang memanfaatkan kemajuan teknologi 4.0 sungguh persaingan dinegara kapitalis ini dalam memainkan bisnis tanpa melihat masa depan generasi.
Apabila ini terus terjadi, generasi diusia yang masih belia produktif sudah diperlihatkan
konten negatif. Maka bagaimana nasib negeri ini dimasa depan?. Yang seharusnya fungsi
teknologi mampu memfilter dan mengontrol konten yang disajikan malah menjerumuskan pada pergaulan bebas karena secara tidak langsung tontonan sangat berpengaruh besar terhadap cara berfikir setiap orang yang berimbas pada perilakunya.
Industri Hiburan dalam Islam
Islam adalah agama yang universal, penyempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Apapun permasalahan dalam hidup ini Islam senantiasa ada titik terangnya. Orang yang beriman harus memiliki pola pikir yang sesuai dengan Al-Quran dan sunnah.
Namun sayangnya tidak sedikit orang mengambil jalan tengahnya saja yang condong pada budaya hedonis dan materialisme yang membuat mereka lupa hakikat dan tujuan akhir yaitu akhirat.
Ya Allah, mau dibawa kemana negeri ini? Beginilah jika sistem thaghut yang jadi aturan
negara, nyatanya Allah SWT yang telah memperingatkan dalm Alquran surah An Nissa ayat 60 yang artinya bahwa “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?
Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya’. Beginilah jika aturan Allah dikesampingkan, yang dijadikan sebagai sumber bacaan saja.
Yang harusnya peran media massa seperti film menjadi sarana pembinaan, dakwah dan
edukasi bagi rakyat bukan menjadi sebaliknya menjadikan ajang mencari keuntungan saja. Di dalam sistem yang sekuler saat ini, secara tidak langsung semua pihak menjadi bagian dari kerusakan. Industri perfilman, lembaga sensor, bahkan penguasa itu sendiri degan membiarkan film yang merusak terus ada.
Kondisi ini akan terus berlanjut dan akan menjadi masalah yang serius bagi semua baik
orang tua, masyarakat maupun negara. Karena dari kita semua tidak menginginkan generasi kedepannya dipimpin oleh generasi yang krisis moral dan ahlak, yang senantiasa akan mengikut arus sekuler.
Maka dengan melawan arus liberal sekuler saat ini akan mampu mewujudkan generasi
peradaban yang mulia, hal ini harus dibangun untuk menyelamatkan nasib generasi dengan
mengambil Islam secara totalitas sebagai satu-satunya solusi dalam segala aspek kehidupan. Wallahu A’lam Bissawab.
Penulis : Mega Wati
Attention : Segala penulisan dalam artikel opini ini sepenuhnya tanggungjawab penulis.